Sayyidah Hajar: Ibu Iman yang Melampaui Zaman
Tim Redaksi Walisongo, Kamis, 5 Juni 2025 00:51 WIB
Walisongo.net – Menjelang datangnya hari-hari istimewa Dzulhijjah dan musim haji, umat Islam di seluruh dunia kembali mengenang sosok agung di balik salah satu rukun Islam: Sayyidah Hajar, istri Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan ibu dari Nabi Ismail. Bukan sekadar tokoh sejarah, Hajar adalah simbol keimanan yang tak tergoyahkan dan kekuatan perempuan dalam narasi ilahiyah.
Dalam artikelnya yang inspiratif di situs resmi Dar al-Ifta al-Misriyyah, Dr. Heba Salah menyoroti peran penting Sayyidah Hajar sebagai perempuan Mesir yang menorehkan jejak abadi dalam ibadah haji. Air Zamzam—yang hingga kini menghidupi jutaan peziarah—merupakan tanda rahmat ilahi atas perjuangan dan keimanan Hajar.
“Air Zamzam tidak hanya menyegarkan tubuh, tetapi juga jiwa. Ia adalah balasan bagi seorang perempuan yang rela menanggung kesulitan tak terbayangkan demi anaknya dan demi perintah Tuhannya,” tulis Dr. Heba.
Keimanan Sayyidah Hajar tampak jelas saat ia ditinggalkan di lembah gersang oleh suaminya, Nabi Ibrahim. Dalam ketenangan yang langka, ia hanya bertanya: “Apakah Allah memerintahkanmu untuk melakukan ini?” Dan ketika dijawab “ya,” ia pun menegaskan, “Kalau begitu, Dia tidak akan meninggalkan kami.”
Kalimat sederhana itu menjadi fondasi dari ritual Sa’i—berlari antara bukit Shafa dan Marwah—yang dilakukan jutaan muslim setiap musim haji. Tidak sedikit dari kita yang merasakan lelah saat melakukan Sa’i di lantai marmer berpendingin. Namun bayangkan perjuangan Hajar yang melakukannya tanpa alas kaki, di atas padang pasir panas, dengan anak dalam pelukan dan harapan pada rahmat Allah sebagai satu-satunya kekuatan.
Hingga akhirnya, karena keteguhan itu, Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk memunculkan mata air dari bumi—maka lahirlah Zamzam. Air berkah ini menjadi bukti bahwa ikhtiar dan keimanan seorang ibu dapat mengguncang langit dan mendatangkan rahmat tak terhingga.
Lebih dari itu, Sayyidah Hajar adalah sosok wanita yang bukan hanya bertahan, tetapi juga membentuk sejarah. Dari rahimnya lahir Ismail, dan dari keturunannya kelak lahir Nabi Muhammad ﷺ, penutup para nabi. Allah memuliakan Hajar dengan warisan yang tak hanya hidup, tetapi juga menjadi bagian dari ibadah umat Islam sepanjang masa.
Pesan dari kisah ini sangat relevan di era kini. Ketika dunia sering kali menyisihkan peran perempuan dalam narasi keimanan, kisah Sayyidah Hajar justru menegaskan: iman, kesabaran, dan keberanian perempuan memiliki tempat terhormat dalam sejarah langit.
Sebagaimana Dr. Heba menutup tulisannya: “Sudah cukup kehormatan bagi Sayyidah Hajar bahwa setiap tetes air Zamzam yang diminum manusia hingga akhir zaman, adalah bentuk penghargaan atas keimanan dan keteguhannya.”
Sumber asli tulisan:
Dr. Heba Salah, Lady Hajar: The Woman Who Carved a Legacy of Faith, Dar al-Ifta al-Misriyyah.