Fatimah al-Fihri: Perempuan Pendiri Universitas Pertama di Dunia
Tim Redaksi Walisongo, Senin, 9 Juni 2025 19:26 WIB
“Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat.”
— Imam Malik
Nama Fatimah binti Muhammad al-Fihriya al-Qurasyiyah atau lebih dikenal dengan Fatimah al-Fihri, adalah simbol keagungan perempuan dalam sejarah peradaban Islam. Di saat perempuan dalam masyarakat Jahiliyah dipandang sebagai aib dan pelengkap semata, Islam hadir memuliakan mereka, dan Fatimah al-Fihri menjadi salah satu contoh nyata bagaimana perempuan Muslim bisa menjadi pelopor peradaban dunia.
Fatimah al-Fihri lahir sekitar tahun 800 M di kota Kairouan, wilayah yang kini dikenal sebagai Tunisia. Ia berasal dari keluarga Quraisy yang taat beragama dan menjunjung tinggi nilai pendidikan. Ayahnya, Muhammad al-Fihri, adalah saudagar sukses yang hijrah ke kota Fez, Maroko, untuk memperluas jaringan usaha.
Keluarga al-Fihri dikenal dermawan dan memiliki kepedulian besar terhadap ilmu. Bersama saudarinya, Maryam, Fatimah tumbuh sebagai perempuan berilmu, berakhlak luhur, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Wakaf Ilmu dan Pendirian Madrasah Al-Qarawiyyin
Setelah wafatnya ayah dan suaminya, Fatimah mewarisi kekayaan besar. Namun, bukan kekayaan yang menjadi kebanggaannya. Ia justru menginfakkan seluruh hartanya untuk membangun sebuah masjid dan madrasah di kawasan komunitas Qarawiyyin di Fez. Masjid itu dibangun pada Ramadhan tahun 245 H / 859 M dan diberi nama Jami’ al-Qarawiyyin.
Fatimah melaksanakan pembangunan masjid tersebut dengan penuh ketakwaan dan kesungguhan spiritual, bahkan disebutkan ia berpuasa selama proses pembangunan berlangsung, sebagai bentuk pengabdian kepada Allah.
Awalnya, Al-Qarawiyyin adalah masjid tempat ibadah dan diskusi ilmiah masyarakat. Namun seiring waktu, aktivitas keilmuan berkembang pesat hingga menjadikannya sebagai madrasah terbesar, dan kemudian universitas Islam pertama di dunia.
Universitas Al-Qarawiyyin: Warisan Abadi Fatimah
Universitas Al-Qarawiyyin tidak hanya menjadi pusat studi Islam, tetapi juga menjadi jembatan keilmuan antara dunia Islam dan Barat. Di bawah Dinasti Murabithun dan Dinasti Bani Marin, madrasah ini resmi menjadi universitas dan melahirkan banyak tokoh dunia.
Perpustakaannya, yang didirikan oleh Sultan Abu-Annan dari Dinasti Marinid, menyimpan berbagai karya besar, seperti:
- Muwaththa’ Malik (795 M),
- Sirah Ibnu Ishaq (883 M),
- Salinan asli Al-Qur’an hadiah Sultan Ahmed al-Mansur (1602),
- Karya legendaris Ibnu Khaldun, Kitab al-Ibar (1396 M).
Ilmuwan Besar Lulusan Al-Qarawiyyin
Al-Qarawiyyin mencetak ulama dan cendekiawan besar lintas zaman dan agama, antara lain:
- Ibnu Khaldun – Bapak Ilmu Sosiologi dan Sejarah
- Al-Idrisi – Kartografer Muslim ternama
- Ibnu Bajjah – Filosof dan dokter
- Abu al-Abbas az-Zawawi – Matematikawan
- Gerbert of Aurillac – Paus Sylvester II, pelopor penyebaran sistem angka Arab di Eropa
- Maimonides – Filsuf Yahudi berpengaruh
Pengakuan Dunia
Pada tahun 1998, Guinness Book of World Records menetapkan Al-Qarawiyyin sebagai universitas tertua di dunia yang masih aktif dan menawarkan gelar akademik.
Majalah TIME edisi 24 Oktober 1960 menyebutkan bahwa universitas ini mendorong kebangkitan intelektual di Eropa abad ke-15 M. Melalui para lulusannya, konsep angka Arab dan sistem desimal tersebar ke dunia Barat, menggantikan angka Romawi.
Relevansi di Era Modern
Perjuangan Fatimah al-Fihri menjadi inspirasi besar bagi perjuangan pendidikan umat Islam masa kini. Ia membuktikan bahwa perempuan tidak hanya berhak belajar, tapi juga berhak menjadi pelopor, pendidik, dan pendiri lembaga ilmu yang kekal hingga generasi ke generasi.
Bagi Jam’iyyah Walisongo Nusantara dan pegiat dakwah pendidikan seperti di situs walisongo.net, kisah Fatimah al-Fihri adalah bukti bahwa wakaf ilmu dan amal jariyah melalui pendidikan mampu mengubah sejarah. Semangat ini sejalan dengan visi Walisongo dalam mencetak generasi unggul dan meneruskan dakwah global.
Fatimah al-Fihri bukan hanya seorang tokoh perempuan. Ia adalah arsitek peradaban ilmu, pendiri madrasah tertua di dunia, dan pelita yang menyinari gelapnya zaman dengan cahaya ilmu dan ketakwaan.
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
— (HR. Muslim)