Kafalah Yatim-Dhuafa
Bea Siswa Mahasantri
Walisongo Tanggap

Semangat Religi dalam Islam: Meneladani Api Dakwah Para Wali

Tim Redaksi Walisongo, Kamis, 5 Juni 2025 00:53 WIB

Islam bukan hanya agama yang mengatur tata cara ibadah formal. Lebih dari itu, Islam adalah jalan hidup yang menuntun manusia untuk selalu terhubung dengan Allah dalam setiap detik kehidupannya. Dalam konteks ini, semangat religi bukan hanya rajin shalat atau puasa, tapi juga gairah untuk memperjuangkan nilai-nilai ketauhidan, keadilan, kasih sayang, dan perbaikan diri secara total.

Semangat religi dalam Islam selalu melahirkan gerakan—bukan sekadar kesalehan yang terkurung dalam masjid, tetapi juga yang menjelma menjadi akhlak, perjuangan, dan kontribusi nyata di tengah masyarakat. Inilah yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan dilanjutkan oleh para ulama pewaris nabi, termasuk para Walisongo di Nusantara.

Walisongo tidak hanya mengajarkan Islam lewat ceramah, tapi menanamkan semangat religi lewat keteladanan, budaya, seni, dan pendidikan. Semangat religi mereka membuat Islam diterima dengan cinta, bukan dipaksakan dengan pedang.

Mereka menjadikan religiusitas sebagai energi yang mempersatukan, memperbaiki masyarakat, dan membangun peradaban. Masjid menjadi pusat transformasi, pesantren menjadi pabrik kader perubahan, dan dakwah menjadi jalan pembebasan umat dari kegelapan syirik dan kebodohan.

Ciri Semangat Religi Sejati

Menurut Islam, semangat religi yang sejati setidaknya memiliki lima ciri utama:

  1. Tawhid Sentral
    Semua aktivitas berlandaskan niat untuk mengesakan Allah. Tidak ada ruang bagi riya’ (pamer ibadah) atau mencari popularitas dunia.
  2. Berakhlak Mulia
    Religi sejati melahirkan kelembutan hati, kejujuran, kasih sayang, dan kesabaran, bukan kebencian atau kekerasan.
  3. Berilmu dan Mau Belajar
    Religi tidak anti-akal. Justru, semangat religi mendorong umat Islam untuk terus menuntut ilmu dan memahami hikmah di balik syariat.
  4. Berani dan Tegas dalam Kebenaran
    Tidak tunduk pada kebatilan. Religi yang benar memberi kekuatan untuk melawan kezaliman dan membela yang tertindas.
  5. Aktif Memberi Manfaat
    Seorang muslim religius bukan hanya taat beribadah, tapi juga peduli pada nasib sesama, aktif dalam filantropi, pendidikan, dan dakwah sosial.
Baca Juga  Daging Waliyullah dan Ulama Beracun

Menghidupkan Semangat Religi Hari Ini

Di tengah era digital dan derasnya arus materialisme, semangat religi perlu kembali dibangkitkan. Caranya? Dengan meneladani Walisongo yang menggabungkan antara ilmu, dakwah, budaya, dan kasih sayang. Kita perlu memperluas makna ibadah: dari mihrab ke pasar, dari mushalla ke sekolah, dari pesantren ke ranah digital.

Program-program filantropi seperti BMW (Baitul Mal Walisongo) adalah wujud nyata semangat religi hari ini—menyambung kepedulian sosial dengan nilai ibadah. Karena membantu yang miskin, mengasuh anak yatim, dan mendirikan lembaga pendidikan, semua itu adalah bagian dari religi yang hidup dan bergerak.

Mari kita jadikan semangat religi bukan hanya wacana atau identitas di KTP, tapi napas yang menggerakkan langkah. Seperti Walisongo yang menjadikan agama sebagai suluh kehidupan, mari kita teruskan perjuangan ini—dengan cinta, ilmu, dan keberanian.

“Religi bukan sekadar doa-doa di langit, tapi kerja nyata di bumi.”

Sharing is Caring