Maulana Malik Ibrahim – Pelopor Dakwah Walisongo di Jawa
Tim Redaksi Walisongo, Selasa, 3 Juni 2025 12:44 WIB

Maulana Malik Ibrahim, dikenal pula dengan sebutan Sunan Gresik, adalah tokoh pertama dari jajaran Walisongo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Beliau bukan sekadar ulama, tetapi juga pelopor dakwah kultural, pendidik, dan pembuka jalan bagi berkembangnya Islam di Nusantara secara damai dan berakar dalam kehidupan masyarakat.
Asal Usul dan Perjalanan ke Jawa
Maulana Malik Ibrahim diperkirakan berasal dari wilayah Samarkand atau Kashan (Persia), dan memiliki garis keturunan dari Sayyidina Husain bin Ali, cucu Rasulullah ﷺ. Beliau dikenal luas sebagai seorang alim dan ahli pengobatan. Dalam tradisi lain, beliau juga disebut pernah berdakwah di Gujarat (India) sebelum berlayar menuju Nusantara.
Sekitar akhir abad ke-14, Maulana Malik Ibrahim datang ke Gresik, sebuah kota pelabuhan yang ramai dikunjungi para pedagang asing dan tempat pertemuan berbagai budaya. Di sinilah beliau memulai dakwah Islam kepada masyarakat Jawa dengan pendekatan sosial dan budaya.
Metode Dakwah: Damai, Humanis, dan Bertahap
Berbeda dari pendekatan konfrontatif, Sunan Gresik lebih menekankan pada dakwah melalui keteladanan dan pengabdian sosial. Ia dikenal sebagai tabib yang mengobati masyarakat tanpa memandang latar belakang agama. Beliau juga mengajarkan pertanian, irigasi, dan keterampilan hidup yang membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dengan akhlaknya yang mulia, Sunan Gresik berhasil membangun kepercayaan masyarakat, sehingga mereka terbuka menerima ajaran Islam tanpa paksaan. Ia juga mendirikan surau dan madrasah untuk mengajarkan tauhid, fikih, serta ilmu akhlak.
Perintis Generasi Walisongo
Maulana Malik Ibrahim bukan hanya dai perintis, tetapi juga pendidik generasi penerus dakwah. Banyak muridnya yang kelak menjadi tokoh penting penyebaran Islam di berbagai daerah. Salah satunya adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel), yang diyakini sebagai putra atau keponakannya, tergantung versi sejarah yang dirujuk.
Melalui bimbingan dan strategi dakwahnya, formulasi Islam Nusantara mulai terbentuk — Islam yang santun, menghargai budaya, dan mudah diterima masyarakat lokal.
Wafat dan Makam
Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 1419 M (822 H), jauh sebelum para Wali Songo lainnya aktif berdakwah. Ia dimakamkan di Gapurosukolilo, Gresik, dan makamnya hingga kini menjadi tempat ziarah dan napak tilas sejarah Islam di Indonesia.
Pada nisannya tertulis dengan huruf Arab dan bahasa Persia:
“Hadzal qabr al-marhum al-ghaib, asy-syaikh Maulana Malik Ibrahim, wafat sanah tsamaniyah wa ‘isyriin wa tsamaniah mi’ah.”
(“Inilah makam almarhum yang ghaib, Syekh Maulana Malik Ibrahim, wafat tahun 822 H.”)
Warisan dan Keteladanan
Sunan Gresik meninggalkan warisan dakwah damai, spiritualitas yang merakyat, dan keteladanan hidup sebagai pelayan umat. Dakwahnya tidak dibangun di atas kekuasaan, tapi pada fondasi kasih sayang dan keteladanan akhlak — ciri utama dakwah Walisongo.